Urgensi Penggunaan Ganja Bagi Disabilitas Untuk Kepentingan Medis Ditinjau Dari Ius Constitutum
DOI:
https://doi.org/10.47134/aksiologi.v4i1.148Keywords:
Narkotika, Ganja, Pelayanan MedisAbstract
The purpose of writing this journal, to conduct research and describe the urgency of using class I Narcotics (cannabis) as a treatment therapy reviewed from the perspective of health law. This research uses normative legal research methods with a statue approach, conceptual approach, and case approach in which various related literature in this study as secondary data that will strengthen the research argumentation. The results showed that juridically the provisions of the use of medical cannabis categorised as Class I Narcotics for the purposes of medical services in Indonesia are specifically not regulated in the Health Law, but only limited to the regulation of narcotics in general as regulated in the Health Law. However, looking at the benefits and use value of medical cannabis that have been previously researched by experts abroad, it does not rule out the possibility for Indonesia in this case to also conduct further research on the benefits of medical cannabis as a treatment therapy.References
Aidul Fitriciada A. (2012). Negara Hukum Indonesia: Dekolonisasi dan Rekontruksi Tradisi,
Jurnal Hukum Iuus Quia Iustum,19(4), hal. 490.
Aldi Pradani dan Winsherly Tan. (2022) Analisis Tentang Pemberian Grasi Pelaku Tindak
Pidana Narkotika. Jurnal Analisis Hukum,5(1), hal. 47.
Ali Marwan & Hisar P.B.B. (2016). Akibat Hukum Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
/PUU-XI/2013 Tentang Pengujian Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang
Sumber Daya Air, Jurnal Legislasi Indonesia,13(4), hal.362.
Asmoro, Widi, and Palupi Lindiasari Samputra. 2021. ‘Analisis Naratif Kebijakan: Kebijakan
Ganja Medis Di Indonesia’. Jurnal Inovasi Kebijakan, 5(1), 13-24
https://doi.org/10.21787/mp.5.2021.13-24
Bening, S.B., Abu T., & Sodikin. (2019). Nilai-Nilai Yang Hidup Dalam Masyarakat (Living
Constitution) Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Pada Perkara Pengujian
UndangUndang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. Jurnal Staatrecht,3(1),
hal. 81.
Dermina Dsalimunthe. (2017). Akibat Hukum Wanprestasi Dalam Prespektif Kitab UndangUndang Huku Perdata (BW). Al-Maqasid,3(1), hal. 13.
Hasaziduhu Moho. (2019). Penegakan hukum di Indonesia menurut aspek hukum, keadilan
dan kemanfaatan. Jurnal Warta Dharmawangsa,13(1), hal. 1.
Jenedjri M. Gaffar. (2013). Peran Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perlindungan Hak
Asasi Manusia Terkait Penyelenggaraan Pemilu. Jurnal Konstitusi,10(1), hal. 13.
Lambertus Josua Tallaut & Ade Adhari. (2022). Kepastian Hukum Penerapan Kriteria
Kewenangan Penyidik Perkara Tindak Pidana Korupsi Oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi Republik Indnesia. Jurnal Analisis Hukum,5(1), hal.30.
Marzuki, Peter Mahmud. 2021. Penelitian Hukum (Kencana).
Nur Iftitah Isnantiana. (2012). Legal Reasoning Hakim Dalam Pengambilan Putusan Perkara
Di Pengadilan. Jurnal Islamadina, 18(2), hal. 42.
Putra Halomoan Hsb. Tinjauan Yuridis Tentang Upaya-Upaya Hukum.Yurisprudentia,1(1),
hal. 2015.
Rizki Panangian H. & Lusy Liany. (2019). Tindak Lanjut Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 22/Puu-Xv/2017 Terkait Kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam
Pembentukan Norma Baru. Lex Jurnalica,16(2), hal. 156.
Simangunsong, Frans. 2009. ‘Faktor-Faktor Penyalahgunaan Narkotika’, FaktorFaktor
Penyalahgunaan Narkotika.
Simangunsong, Frans. 2009. ‘Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika’,
Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika